Minggu, 12 Desember 2010

KEAJAIBAN DATANGNYA TAK TERDUGA

Dalam melayani pembelian obat tetes mata radix vitae saya tidak terlalu memberi janji yang muluk-muluk. Radix vitae memang bisa membantu, tetapi tidak semua kondisi penyakit mata bisa disembuhkan dengan radix vitae. Kalau kerusakan mata atau sarafnya sudah parah, radix tidak bisa berbuat apa-apa.

Namun demikian, dari para penderita penyakit mata yang kelihatannya sudah tidak ada harapan, masih ada saja penderita yang melaporkan bahwa kondisi matanya membaik. Ada yang matanya menjadi terasa lebih sejuk. Ada yang bisa lepas dari obat kimia. Ada yang kembali melihat dengan lebih jelas setelah sebelumnya remang-remang.

Semua itu karunia dari Tuhan. Dan kita hanya bisa berkata Alhamdulillah.

Minggu, 31 Oktober 2010

Rabu, 20 Oktober 2010

PERMOHONAN MAAF ATAS KETERLAMBATAN

Dalam beberapa hari ini, terjadi keterlambatan pengiriman tetes mata radix vitae. Hal ini terjadi karena persediaan tetes mata kami habis, sedangkan pengiriman dari pusat distribusi nasional juga mengalami keterlambatan.

Oleh karena itu melalui tulisan ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pelanggan radix vitae, khususnya kepada
1. Bapak Alim Haryono, Probolinggo
2. Ibu Wiwik Sulistyowati, Gresik
3. Bapak/ibu Ipo di Bogor
4. Bapak Idris, Batam
5. Bapak Nyoman Mantik Astawa, Bali
6. Ibu Lina M, Gresik
7. Bapak Eko Siswanto, Luwu Timur, dan
8. Ibu Risma, Jakarta Timur.

Sebagai kompensasi keterlambatan, kami akan mengembalikan biaya pengiriman.

Terima kasih atas kepercayaan para pengguna radix vitae. Kami selalu berusaha melayani semampu kami dan memberikan pelayanan konsultasi gratis via telepon atau SMS, baik sebelum pembelian atau selama proses pengobatan.

Sekali lagi, kami, TOKO ONLINE RADIX VITAE, mohon maaf sebesar-besarnya. Terima kasih.

Hormat kami,
Pengelola,

Tia Mahendra

Update: Rabu Sore, 20 Oktober 2010. Stok barang baru saja tiba di rumah kami pukul 16.30. Kami mulai bisa mengirim barang sore ini. Semoga ini menjadi kabar gembira bagi Anda. Pengiriman barang sudah kembali normal.

Selasa, 29 Juni 2010

HARGA RADIX VITAE

HARGA TETES MATA RADIX VITAE Rp. 400.000,00 (empat ratus ribu rupiah)

HARGA KAPSUL ANGELICA  Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah)

ONGKOS KIRIM KE SELURUH INDONESIA Rp 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)

Senin, 28 Juni 2010

CARA MELACAK KIRIMAN



Saat liburan sekolah ini saya mengirim barang dari sebuah kota kecamatan kecil di Klaten. Saya penasaran ingin mengecek kiriman yang saat inputnya hanya ditulis tangan tidak menggunakan komputer

Ternyata hasilnya memuaskan. Meskipun saat input data hanya ditulis tangan, nomor barcodenya masih bisa saya lacak menggunakan websitenya PT POS INDONESIA.

Selama ini saya paling sering mengirim barang menggunakan POS dan hasilnya tidak mengecewakan. Terima kasih PT POS INDONESIA.

Rabu, 26 Mei 2010

PESANAN PERTAMA DARI SINGAPORE


Tanggal 25 Mei 2010, untuk pertama kalinya saya mengirimkan obat tetes mata radix vitae ke Singapura. Ada kebanggaan tersendiri bisa mengirim produk Indonesia ke luar negeri. Selama ini saya memang sudah mengirim ke berbagai daerah di Indonesia, tetapi untuk pengiriman ke luar negeri yang saya lakukan sediri baru kali ini.

Memang sebelumnya pernah mengirim ke Australia dan ke Amerika, tetapi barangnya dititipkan orang Indonesia yang mau pergi ke dua negara tersebut. Jadi bukan saya yang kirim ke sana. Ada juga beberapa orang Malaysia yang konsultasi ke saya, tetapi belum jadi beli.

Kalau Pak Heinrich sendiri sih sudah memasarkan produk ini ke Jerman. Tapi rasanya nggak istimewa. Soalnya Pak Heinrich kan cuma menjual ke kampung halamannya di Jerman sana.

Saya iseng-iseng melacak kiriman. Ternyata kiriman ke luar negeri dari Mojokerto dikirim melalui Denpasar dulu. Semoga cepat sampai dan bermanfaat bagi pemesannya.

Rabu, 21 April 2010

BUKAN SEKEDAR IKLAN

Beberapa hari yang lalu saya mendapat telepon dan SMS dari pembaca blog ini yang intinya menyangsikan "iklan" yang saya muat di internet terutama melalui blog ini. Khususnya tentang produk obat tetes mata herbal radix vitae yang saya tawarkan ini. "Apakah iklan ini bukan hanya penipuan? Soalnya saya sudah sering tertipu dengan iklan seperti ini?" ungkap beliau. Penelpon tersebut juga menanyakan "Apakah kalau saya transfer uang, barangnya pasti dikirimkan?" Dan masih banyak pertanyaan lain yang menunjukkan bahwa beliau tidak percaya lagi dengan transaksi online.

Akan tetapi penelpon tadi masih beruntung karena beliau sempat menyebutkan penyakit yang dideritanya, yaitu glaukoma. Saya kemudian menyampaikan segala informasi yang saya ketahui tentang glaukoma kepada beliau melalui SMS. Semoga bermanfaat.

Saya bisa memahami kondisi tersebut karena di dunia maya memang sering terjadi penipuan. Akan tetapi, bukankah di dunia nyata juga banyak penipuan? Kita memang harus waspada agar tidak tertipu. Namun demikian, jangan sampai kewaspadaan yang berlebihan itu justru menutup jalan rahmat yang akan datang dari Allah melalui obat ini.

Melalui tulisan ini sebenarnya saya hanya ingin menyampaikan bahwa apa yang saya tulis dalam blog ini bukan hanya sekedar iklan, melainkan juga kabar baik bagi para penderita penyakit mata. Saya tidak menampik bahwa ini adalah iklan, tetapi bukan sekedar iklan, ada juga plus-nya.

Memang tidak semua penyakit dan kelainan mata bisa disembuhkan. Untuk kasus glaukoma misalnya, penderita glaukoma yang punya mata kering biasanya lebih sulit disembuhkan, penderita glaukoma yang sekaligus menderita diabetes dengan kadar gula darah di atas 200 juga sulit disembuhkan. Penderita glaukoma dengan tingkat kerusakan saraf optik di atas 70% juga sulit diatasi.

Oleh karena itu, sebelum membeli produk ini, saya biasanya minta data medis yang komprehensif. Tujuannya agar saya bisa memberi gambaran seberapa besar kemungkinan radix vitae bisa menolong.

Untuk para pengguna radix vitae yang telah merasakan manfaatnya, dikaruniai kesembuhan oleh Tuhan, saya mohon bantuan kesaksiannya. Testimoni bisa dikirimkan ke email saya tia_mahendra@yahoo.co.id

Kamis, 15 April 2010

KABAR GEMBIRA DARI BAPAK IGNATIUS LOYOLA

Hari ini saya dapat kabar menggembirakan dari Bapak Ignatius Loyola di Sunter Agung Jakarta Utara. Kira-kira satu setengah bulan yang lalu, Beliau membeli tetes mata radix vitae untuk Ibunya. Saat itu kondisi ibunya sudah memprihatinkan karena menderita glaukoma dan harus menjalani operasi. Setelah sedikit menganalisis data medis yang diberikan Bapak Ignatius Loyola, saya menyarankan untuk tidak menjalani operasi mata dulu karena memang resikonya tinggi. Tetapi keputusan terakhir tetap saya serahkan ke tangan Bpk Ignatius dan keluarga.

Akhirnya Bpk Ignatius menunda operasi mata ibunya dan mencoba untuk menggunakan Tetes Mata Herbal Radix Vitae terlebih dahulu. Seminggu setelah memakai obat tetes mata itu perkembangan tidak terlalu menggembirakan. Rasa sakit di mata dan kepala tetap dirasakan oleh Ibunda Bpk Ignatius. Setiap pagi kotoran yang keluar dari mata sangat banyak dan terasa mengganjal tidak membuat nyaman. Saya tidak terlalu optimis dengan kondisi itu. Saya hanya bisa menjawab agar Bapak dan Ibu bersabar dan semoga perkembangannya positif.

Setelah itu saya tidak menerima kabar lagi dari Bapak Ignatius. Saya menduga mungkin obat tetes yang dibeli dari saya tidak cocok. Ternyata dugaan saya itu salah. Tadi pagi Bapak Ignatius telpon saya. Beliau mengucapkan terima kasih karena kondisi kesehatan mata Ibundanya mengalami perkembangan yang pesat. Sekarang tidak lagi dirasakan sakit mata dan kepala yang menyiksa, pandangan mata sudah lebih tajam dari sebelum menggunakan radix, Ibunda Bapak Ignatius juga merasa senang karena Bapak Ignatius bisa menemukan obat ini.

Mendengar kabar seperti itu saya agak merinding. Ternyata Allah sungguh Maha Besar. Saya merinding karena ternyata saran yang saya berikan untuk menunda operasi dulu ada benarnya. Ternyata Allah selalu memberi jalan bagi hamba-Nya yang selalu berusaha mencari jalan kesembuhan, kepada hamba-Nya yang selalu yakin berserah namun bukan berarti pasrah tanpa ikhtiar.

Syukur alhamdulillah ya Allah, semoga semakin banyak orang yang terbantu dan tersembuhkan dengan obat yang kami ambil dari alam ciptaan-Mu ini. Amin.

Sabtu, 10 April 2010

JANGAN REMEHKAN PENGOBATAN HERBAL RADIX VITAE

Ketika saya melayani konsultasi online kepada para penderita penyakit mata, terutama glaukoma, rata-rata orang jenuh dengan pengobatan terus menerus atau bahkan seumur hidup yang harus dijalani oleh para penderita. Saya bisa memahami berbagai keluhan tersebut karena saya sendiri pernah mengalami hal seperti itu.

Berdasarkan pengalaman saya dan pengalaman banyak pemakai radix vitae, saya menganjurkan untuk memakai radix vitae karena obat tetes ini sungguh dapat membantu mengatasi glaukoma. Dalam pemakaian radix vitae, ada dua pilihan. Pertama, memakai obat tetes herbal radix vitae dengan tetap mengkonsumsi obat dokter. Kedua, memakai radix vitae dan mencoba meninggalkan obat-obatan kimia dari dokter.

Dari beberapa pengalaman, dengan hanya menggunakan radixvitae banyak penderita yang merasakan khasiat radix vitae dan merasakan kemajuan yang signifikan.

Tetapi sebenarnya untuk mencoba dan sebagai jalan tengah, Anda bisa mencoba meninggalkan obat-obatan kimia yang sudah jenuh selama dua minggu untuk melihat raksinya. Kalau reaksinya positif bagus, obat kimia bisa ditinggalkan. Kalau reaksinya negatif Anda bisa kembali pakai obat kimia.

Reaksi positif yang saya maksudkan baru saja dialami oleh Bapak Subandi dan Ibu Dewi di NTB. Setelah melakukan upaya pengobatan kemana-mana dan kurang berhasil, mereka berdua sekarang hanya pakai radix vitae dan hasilnya lumayan bagus. Meskipun untuk Bapak Subandi sudah agak terlambat.

Bagi Anda yang belum terlambat, cobalah sekarang juga pakai radix vitae. Percayalah Tuhan memberikan jalan kesembuhan melalui berbagai cara. Percayalah juga bahwa obat tetes mata herbal radix vitae ini adalah obat yang ditunjukkan oleh Allah kepada Anda untuk mengobati derita penyakit mata yang Anda alami.

Salam.

Rabu, 31 Maret 2010

aaa

Malaikat Penyembuh dari Negeri Sakura

Rahasia umur panjang penduduk Hachijo, Jepang, hingga rata-rata 90 tahun akhirnya tersingkap. Mereka rutin mengkonsumsi ashitaba setiap hari. Tanaman obat kaya antioksidan itu mereka jadikan sayur menyebabkan daya tahan tubuh sangat kuat.

Dr Nurliani Bermawie, periset di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) menuturkan, ashitaba mempunyai getah berwarna kuning atau chalcones yang keluar dari batang dan daun. Di situ terdapat beberapa bahan aktif seperti xantoangelol dan 4-hydroxyderricin yang merupakan antioksidan. Di antara sekitar 50 anggota genus Angelica, ashitaba satu-satunya yang memiliki getah kuning.

Tanaman yang kini dibudidayakan Balittro itu bernama ilmiah Angelica keiskei Koidzumi. Angelica disematkan lantaran ia multikhasiat. Selain kaya antioksidan, tanaman itu juga ampuh mengatasi kanker seperti dibuktikan Toru Okuyama. Peneliti di Fakultas Farmasi di Meiji University, Jepang itu memberikan ekstrak ashitaba pada tikus pengidap kanker paru dan kanker kulit. Enam bulan berselang, pertumbuhan kanker paru dan kanker kulit berhenti.

Hasil itu diperkuat oleh riset Kimura Y di Kedokteran, Ehime University Jepang. Ia memberikan ekstrak akar ashitaba 100 mg per kilogram bobot tubuh tikus penderita tumor paru. Pertumbuhan tumor itu terhambat dan tidak terjadi metastasis alias penyebaran sel ke jaringan lain. Senyawa aktif yang berperan menghambat pertumbuhan tumor itu xanthoangelol. Ia menghambat sintesis DNA pada sel-sel tumor.

Xanthoangelol juga terbukti ampuh mengobati neuroblastoma alias kanker saraf dan leukemia. Tabata K dari Nihon University Jepang, membuktikan xanthoangelol bersifat apoptosis alias menyebabkan program kematian sel kanker. Setelah inkubasi selama 4 jam, terjadi apoptosis sel. Itu lantaran caspase-3, sejenis protein dalam sel leukemia dan neuroblastoma menjadi aktif setelah diberi xanthoanglol.

Klorofil

Keampuhan ashitaba terungkap sejak era dinasti Ming (1518-1593). Saat itu para tabib meresepkan ashitaba untuk menghilangkan kesulitan menstruasi, memperlancar aliran darah, obat diuretik, dan memperlancar air susu ibu. Kerabat pegagan Centella asiatica itu juga berkhasiat antihipertensi sebagaimana dibuktikan Hirhosi Ogawa di Fakultas Kedokteran Kinki University, Osaka.

Senyawa 4-hydroxyderricin dalam getah kuning menekan tekanan darah sistolik. Faedah lain mengurangi LDL (low density lipoprotein) atau kolesterol jahat dan trigliserida dalam hati tikus yang menderita stroke dan hipertensi. Ashitaba juga memiliki aktivitas antidiabetes. Kazuo Hida, herbalis di Jepang, menyebutkan 6 bulan setelah konsumsi ashitaba, kadar gula darah turun dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl.

Khasiat sebagai antidiabetes dan antikolesterol itu juga dibuktikan oleh Wuryaning Setyawati, herbalis di Jakarta Utara. Menurut Tatsuji Enoki di Biotechnology Research Laboratories, Takara Bio Inc. Jepang, kandungan 4-hydroxyderricin (4-HD) dan xanthoangelol dalam ashitaba memiliki kemampuan seperti insulin sehingga dapat menurunkan kadar gula darah.

Tanaman dari Hachijo itu kaya klorofil , zat hijau daun yang berperan mengumpulkan dan menyimpan energi matahari. Menurut Dr Leenawati Limantara MSc, ahli klorofil dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, klorofil adalah pigmen utama yang terdapat pada tumbuhan, alga, dan bakteri fotosintetik. 'Perannya sebagai antena penangkap cahaya dan pentransfer energi dalam proses fotosintesis,' kata alumnus Kwansei Gakuin University, Kobe, Jepang, itu.

Klorofil merangsang produksi sel darah merah yang berperan membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat hijau daun itu pembersih darah dan hati serta mendorong pertumbuhan mikroorganisme baik dalam saluran pencernaan. Bahkan klorofil juga mampu meredam pertumbuhan sel kanker karena memiliki efek sitotoksik. Jurnal Riset Kedokteran dan Biologi Brasil mengungkapkan metode penanganan kanker paling mutakhir menggunakan 3 faktor yaitu fotosensitizer, cahaya tampak, dan oksigen.

Senyawa kimia fotosensitizer membunuh sel-sel kanker ketika disinari cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Klorofil mampu menyerap cahaya dengan panjang gelombang maksimum 770 nm. Itu sebabnya pengobatan modern mempercayai klorofil sebagai penyembuh kanker yang aman dibandingkan obat kimia.

Angelica keiskei kaya betakaroten, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, biotin, asam folik, dan vitamin C. Ia juga mengandung beberapa mineral seperti kalsium, magnesium, potasium, fosfor, seng, dan tembaga. Menurut Nurliani, ashitaba mengandung vitamin B12 yang biasanya ada pada hewan. Vitamin ini berfungsi untuk memproduksi sel darah merah, meningkatkan produksi hormon, memperkuat sistem imun tubuh dan meningkatkan daya pikir. Akar ashitaba mengandung furanokumarin yang berfungsi sebagai antikanker.

Malaikat

Dengan seabrek khasiat, pantas jika tanaman itu bernama Angelica keiskei Koidzumi. Bahasa Latin, angelica berarti malaikat. Keiskei untuk menghargai ahli botani Jepang pada abad ke-19, Ito Keisuke. Sosok tanaman itu mengingatkan kita akan seledri. Bedanya, ukuran ashitaba lebih besar, tinggi mencapai 1,2 m. Keduanya memang masih sekerabat, sama-sama anggota famili Apiaceae.

Pertumbuhan daunnya sangat cepat. 'Sekarang daunnya dipetik, besok sudah mulai tumbuh lagi,' kata Nurliani. Itulah sebabnya ia dijuluki tomorrow leaf. Bunganya hemaprodit karena organ jantan dan betina berada dalam satu bunga. Penyerbukan tanaman dataran tinggi itu dibantu serangga. Ia menyukai tempat yang terkena cahaya, tetapi mampu tumbuh di tempat ternaungi. Pada umur 4-6 bulan, daun dan getah malaikat penyembuh itu bakal mengobati beragam penyakit. (Ari Chaidir) Sumber: http://www.trubus-online.co.id

Ekstrak tanaman ashitaba tersebut kini bisa diperoleh dengan mudah karena telah dipasarkan oleh PT Radix Vitae Papua dalam bentuk kapsul. Satu kemasan berisi 30 kapsul dengan harga Rp 100.000,00. Bagi para penderita penyakit mata, kapsul Angelica ini biasanya digunakan untuk memperlancar peredaran darah di sekitar mata dan membantu memperbaiki sel saraf mata yang rusak.

Jumat, 12 Februari 2010

BATAL OPERASI SETELAH PAKAI RADIX VITAE

Menyerahkan segalanya kepada Tuhan dan tetap berikhtiar adalah kata kunci agar kita bisa keluar dari setiap permasalahan. Mungkin itu pulalah yang telah membuat keberhasilan para penderita glaukoma yang saya bantu dalam minggu-minggu ini.

Pertama, Ibu Ida di Surabaya. Sebelum memakai radix, kepalanya sangat sakit, bahkan karena jengkelnya dia bilang sering membentur-benturkan kepalanya di tembok. Saat periksa di Rumah Sakit Undaan, diketahui bahwa dia menderita glaukoma dan TIO-nya 36. Bu Ida cari obat alternatif dan ketemulah blog ini. Beliau kemudian memutuskan untuk pakai radix dan alhamdulillah seminggu kemudian saat periksa ke dokter TIO-nya sudah turun jadi 32.

Kedua, Mr. X di Surabaya (mohon maaf saya tidak tahu namanya, karena yang beli ke saya Pak Dhe-nya [Bp Waskito Utomo- berdinas di Kantor Imigrasi Tandes Surabaya]). Keponakan Pak Waskito ini juga menderita glaukoma, bahkan lebih berat karena disertai diabetes.

Kamis, 11 Februari kemarin keponakan Pak Waskito rencananya akan operasi mata, tetapi batal operasi karena kondisi matanya sudah membaik. Padahal, Pak Was baru beli hari Sabtu tanggal 6 Februari dan pembatalan operasi oleh dokter tanggal 8 Februari 2010. Berarti baru pakai 2 malam.

Saya mendengar kabar pembatalan operasi ini dari Bp Haji Muh. Arbain, teman Pak Waskito di Sumenep Madura. Bapak H. Muh Arbain rupanya juga penderita glaukoma dan sudah menjalani operasi mata sebanyak tiga kali. Namun sayang hasilnya belum maksimal.

Ketiga, Ibu Murni di Blora. Tanggal 1 Februari 2010 yang lalu Bu Murni periksa mata di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya. Glaukoma juga. Tekanan bola matanya 85,5. Sangat tinggi. Dokter menyarankan seminggu harus periksa lagi dan kalau tidak turun TIO-nya berarti harus operasi. Ibu Murni kemudian pakai radix vitae. Tanggal 8 Februari Ibu Murni harusnya kontrol, tapi saya tidak menganjurkan karena baru pakai radix 2 hari. Tentu radix belum terlalu ngefek. Kalau belum turun pasti disuruh operasi.

Akhirnya Bu Murni periksa lagi Sabtu, tanggal 13 Februari 2010 (saat saya tulis postingan ini). Dan apa yang terjadi? Begitu keluar dari ruang periksa dokter, beliau langsung telpon saya. Beliau bilang, "Dokter kaget Bu Tia!!!" Kaget kenapa? apa yang terjadi dengan Bu Murni? Beliau mengatakan bahwa tekanan bola matanya bisa turun 20 (kurang dari dua minggu), dan sekarang menjadi tekanannya menjadi 65. Dokter tanya dikasih apa Bu? Soalnya tidak pernah ada kasus penurunan begini. Bu Murni nggak bilang kalau pakai radix, takut dimarahi dokter.

Karena kondisi mata sudah membaik (ada penurunan TIO), dokter tidak menganjurkan operasi. Obat-obatan minum yang seminggu yang lalu diresepkan pun sekarang tidak lagi. Hanya tinggal dikasih tetes mata. Sukses Ibu Murni!!!! Semoga lekas sembuh. Semoga pengalaman ibu ini bisa menginspirasi para penderita penyakit mata yang lain agar jangan ragu memakai radix vitae.

Sekali lagi saya tegaskan, kalau saya berbagi testimoni ini bukan hanya karena saya jualan tetes mata radix vitae, melainkan karena dari lubuk hati yang paling dalam saya ingin membantu para penderita penyakit mata menemukan obat yang tepat dan mujarab. Kebetulan saya sendiri telah tertolong berkat radix vitae ini.

Rabu, 10 Februari 2010

OPERASI GLAUKOMA TIDAK BERHASIL, BERALIH KE RADIX VITAE

Beberapa waktu yang lalu seorang ibu di Bekasi (Ibu Tini), tanya ke saya tentang kasus anaknya yang menderita glaukoma. Yang membuat saya turut prihatin, putra ibu Tini baru berusia 14 tahun, tetapi sudah harus menjalani operasi glaukoma awal Januari 2010 yang lalu. Meskipun telah menjalani operasi, Ibu Tini masih tetap saja tidak bisa tenang. Berbagai keluhan sakit mata yang dirasakan sebelum operasi seperti kepala pusing, mata cekot-cekot, masih dirasakan oleh anaknya setelah operasi.

Singkat cerita akhirnya beliau memutuskan untuk mencoba memakai obat tetes mata radix vitae. Karena operasinya belum genap satu bulan, saya melarang penggunaan radix vitae pada mata yang habis dioperasi. Jadi tetes mata hanya dipakaikan pada mata kiri yang tidak dioperasi. Hasilnya menakjubkan. Terbukti bisa menghilangkan berbagai keluhan yang dirasakan sebelumnya. Anaknya sampai tidak sabar untuk segera meneteskan pada mata yang baru saja dioperasi. Tetapi saya bilang harus menunggu minimal satu bulan. Akhirnya, karena anaknya sudah sangat tidak sabar, sebulan kurang empat hari dilakukanlah penetesan ke mata yang sudah dioperasi. Seperti sudah diduga sebelumnya, mata yang habis dioperasi itu akhirnya terasa enak. Ibu Tini, semoga putra Ibu segera cepat sembuh.

Minggu, 07 Februari 2010

RADIX VITAE AMAN SECARA BIOLOGIS DAN KIMIAWI

Banyak orang yang ragu untuk menggunakan pengobatan alternatif, termasuk pengobatan herbal. Tak terkecuali para calon pengguna tetes mata herbal radix vitae. Banyak orang takut jangan-jangan radix vitae mempunyai efek samping yang negatif.

Dalam berbagai kesempatan Bp. Heinrich Melcher memang pernah menyatakan bahwa obat tetes mata radix vitae sudah dinyatakan aman oleh IPB dan LIPI. Tetapi sebenarnya saya sendiri juga penasaran seperti apa dokumen yang dikeluarkan IPB tersebut.

Saat bertemu Pak Heinrich Melcher di Radio Suara Surabaya tanggal 29 Januari 2010 yang lalu, saya menanyakan hal itu. Akhirnya saya diberi foto copy-an LAPORAN HASIL LABORATORIUM yang dikeluarkan oleh PUSAT STUDI BIOFARMA IPB BOGOR. Dalam laporan tersebut (seperti dapat dilihat pada gambar), terlihat bahwa dari dua aspek yang diteliti, yaitu mikroba patogen dan logam berat, semuanya negatif atau tidak terdeteksi. Menurut salah seorang teman saya yang ahli kimia, hasil penelitian itu dapat dibaca bahwa secara biologis dan kimiawi, obat tetes mata radix vitae dinyatakan AMAN.

Oleh karena itu, para calon pengguna tetes mata herbal radix vitae tidak perlu ragu untuk menggunakan obat ini. Hasil penelitian tersebut memang semakin menguatkan apa yang sudah dirasakan para pemakai radix vitae. Tidak pernah ada efek samping atau keluhan yang negatif terkait dengan obat tetes mata radix vitae.

Efek samping yang ada biasanya bersifat positif. Radix vitae bisa mengurangi sakit kepala akibat migraen.

Senin, 01 Februari 2010

SIARAN RADIO BERSAMA HEINRICH MELCHER




Heinrich Melcher. Sebuah nama yang terdengar asing bagi telinga orang Indonesia. Begitu kesan pertama saya saat membaca nama itu. Itu terjadi kira-kira tahun 2005 yang lalu, saat untuk pertama kalinya saya menggunakan tetes mata radix vitae untuk mengobati glaukoma saya. Bukan hanya nama yang asing, melainkan beliau sungguh-sungguh orang asing: dari Jerman tepatnya.

Saat itu saya mengira beliau pasti tidak bisa berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, saya agak ragu ketika mau konsultasi dengan beliau untuk pertama kalinya. Kalau dijawab pakai bahasa Inggris, saya tentu nggak bisa ngomong. Ternyata dugaan saya salah. Beliau bisa berbahasa Indonesia. Lumayan lancar bahkan. Meskipun sudah sering bicara melalui telepon, selama ini saya tidak pernah bertemu langsung dengan Mr. Heinrich Melcher. Baru, hari Jumat, 29 Januari 2010 yang lalu saya berkesempatan bertemu langsung dengan Bp. Heinrich Melcher saat acara Talk Show di Radio Suara Surabaya. Sekarang beliau sudah sangat fasih berbahasa Indonesia. Bahkan termasuk suka mbanyol/melucu.

Sebenarnya sudah lama saya ingin bertemu langsung dengan Bp. Heinrich Melcher, penemu obat tetes mata Radix Vitae. Saya merasa, beliau sangat berjasa untuk saya karena dengan obat tetes mata temuan beliau, saya bisa terbebas dari glaukoma. Saya berterima kasih sekali kepada Pak Heinrich.

Saya tidak bisa bayangkan apa jadinya kalau tidak menemukan obat tetes ini. Rasa sakit yang tidak tertahankan, pengobatan rutin seumur hidup tiap dua minggu sekali, mungkin laser, mungkin operasi pembuatan lubang baru, tidak punya anak lagi, dan yang terparah kebutaan. Tak terbayangkan. Untunglah saya menemukan obat ini. Ya Allah, terima kasih atas limpahan berkat, rahmat, dan karunia-Mu.

Saya ingin semua penderita glaukoma bisa menemukan obat ini dan bisa tersembuhkan.

Foto di atas adalah foto-foto saya saat siaran di Radio Suara Surabaya bersama dengan Bapak Heinrich Melcher.

Minggu, 17 Januari 2010

MINUM OBAT BATUK, GLAUKOMA KUMAT

Beberapa hari yang lalu saya dapat telpon dari salah satu penderita glaukoma yang sudah memakai obat tetes mata radix vitae. Tepatnya dari Mas Dani Hidayat di Bogor. (Disebut namanya nggak papa kan Mas Dani?). Beliau beberapa minggu atau bulan yang lalu (saya nggak ingat persis) telah memakai radix vitae. Awalnya sih dia bilang radix vitae tidak ngefek. Terus saya tanya, Mas Dani minum kopi atau ngrokok nggak? "Wah jangan ditanya, kalau dua hal itu adalah santapan saya tiap hari," kata Mas Dani. Terus saya bilang, nah itu dia kenapa radix vitae nggak ngefek!!!

Penderita galaukoma memang sama sekali nggak boleh merokok atau minum kopi. Menurut nasihat para dokter dan juga pengalaman para penderita glaukoma, kedua barang itu memicu naiknya IOP (intra oculer pressure) / TIO (tekanan intra okuler) atau tekanan bola mata.

Tapi kelihatannya, kalau harus berhenti merokok Mas Dani keberatan. Akhirnya keputusan akhir saya serahkan ke Mas Dani. Yang penting saya telah menyampaikan informasi yang benar.

Setelah lama nggak ngasih kabar, beberapa hari yang lalu Mas Dani telpon lagi. Dia bilang bola matanya kembali membesar lagi dan seolah-olah rasanya mau copot, sama seperti sebelum memakai radix vitae. "Berarti kemarin pernah merasakan khasiat radix vitae Mas?" "Iya setelah saya berhenti merokok, saya baru merasakan khasiat radix vitae. " Lalu sekarang kog kumat lagi kenapa? Dia bilang bahwa beberapa hari ini dia minum obat batuk sirup.

Nah itu dia jawabannya! Penderita glaukoma memang nggak boleh mengkonsumsi obat sembarangan. Kelihatannya dalam tulisan saya sebelumnya saya pernah nulis tentang hal ini. Dalam mengkonsumsi obat harus selalu konsultasi dokter. Atau kalau terpaksanya tidak konsultasi dokter, kita bisa melihat sendiri di petunjuk pemakaian obat terutama pada bagian KONTRAINDIKASI. Kalau di situ tertulis tidak cocok untuk penderita glaukoma ya jangan dilanggar.

Kebanyakan obat yang dijual bebas itu ada tulisannya seperti itu: nggak cocok untuk penderita glaukoma.

Jadi para penderita glaukoma harus super hati-hati dalam mengkonsumsi obat. Jangan sampai niatnya menyembuhkan penyakit, yang didapat malah tambah penyakit. Salam Radix Vitae. Mata Sehat, Negara Kuat